About Feminism ?
Femisis
Dalam Perspektif Islam
Saya
sebagai salah satu wanita yang sangat mendukung kesetaraan gender antara laki –
laki dan perempuan di dalam kehidupan, namun tentu masih menjadi pro dan kontra,
apakah sudah setara?
Pada
masa kegelapan (Dark Age) di Barat dan di Timur masa keemasan islam (Golden
Age), saat wanita menjadi makhluk yang saat di muliakan dalam Al – Qur’an atau
khususnya dalam Agama Islam dan dibarat menanyakan makhluk apakah wanita itu ? Sehingga
sejak dimulainya perkembangan iptek masih seringnya terjadi pro dan kontra
antara emansipasi gender sehingga melahirkan satu ideology yang di sebut FEMINISME
Nah,
serakang pertanyaan yang paling mendasar apa itu Feminis ? Kesetaraan macam apa
yang mereka cari ? dan bagaimana Agama Islam sendiri dalam memandang satu
ideology ini ?. Dalam Artikel ini saya akan membahas sesuai dengan literatur
yang saya pernah baca dan dari perspektif Islam sendiri tanpa menyudutkan pihak
manapun.
Dari
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Feminisme adalah gerakan wanita yang
menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria. Dalam Wikipedia
Feminisme adalah serangkaian gerakan social, gerakan politik, dan ideology yang
memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mendefinsiakan, membangun dan mencapai
kesetaraan gender di lingkup politik, ekonomi, pribadi dan social.
Feminis
muncul di zaman modern di perkirakan dari akhir abad ke 18 dan berkembang pesat
di abad ke 20. Tulisan Mary Wollstonecraft yang berjudul A Vindication of The
Rights of Woman (Pembenaran hak perempuan) dianggap sebagai salah satu karya
tulis feminis awal yang berisi kritik terhadap Revolusi Prancis yang hanya
berlaku untuk laki – laki namun tidak untuk perempuan.
Satu
abad setelahnya di Indonesia, Raden Ajeng
Kartini ikut membuahkan pemikirannya mengenai kritik keadaan
perempuan Jawa yang tidak diberikan kesempatan mengecap pendidikan yang setara
dengan laki-laki, selain dari kritik terhadap kolonialisme Belanda. Di akhir abad 20, gerakan feminis
banyak dipandang sebagai sempalan gerakan Critical Legal Studies, yang pada
intinya banyak memberikan kritik terhadap logika hukum yang selama ini
digunakan, sifat manipulatif dan ketergantungan hukum terhadap politik,
ekonomi, peranan hukum dalam membentuk pola hubungan sosial, dan pembentukan
hierarki oleh ketentuan hukum secara tidak mendasar.
Dari
uraian singkat diatas jelaslah bahwa kesetaraan genter itu tentu sangat
penting. Namun kita sebagai umat yang beragama islam pernahka mengkaji secara
lebih mendalam ? mari kita berkontemplasi tentang satu ayat yang mengandung arti
bahwa wanita dan pria setara dalam ISLAM dan ISLAM adalah solusi bagi ideology
yang lahir dari barat ini, Allah berfirman :

Artinya
: Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Q.S Al-Hujurât/49:13
Jadi
begini, untuk orang islam sendiri tanpa adanya ideology Feminisme sebenarnya
laki – laki dan perempuan pun sudah setara. Allah membuatnya berbeda supaya
mereka saling mengenal bukan untuk menuntut siapa yang lebih pantas ataupun
lebih tinggi. Namun Kesetaraan yang di perjuangkan dalam kehidupan masyarakat
saat ini mungkin hanya dalam bentuk persamaan hak dalam bentuk kerjaan (social)
yang masih sering menjadi masalah, saya rasa dalam hal pendidikan memang sudah setara namun dalam hal pekerjaan
masih mengalami ketidaksetaraan. Solusi yang saya ingin tawarkan sebagai sesama
wanita adalah dengan mengembangkan potensi yang ada dalam diri, jadi sewaktu –
waktu anda hanya perlu membuka usaha sendiri dan membentuk kesetaraan dalam
dunia kerja. Dengan begitu anda yang akan membangun kesetaraan untuk masa kini
dan masa mendatang.
Kesataraan gender adalah hal yang sangat menarik untuk di bahas. Tapi menurut pandangan saya sebagai pembaca artikel mbak. Saya berpandangan lain. Bukannya saya ingin menjatuhkan derajat seorang wanita. Akan tetapi, saya berpandangan bahwa wanita itu secara psikologis mereka selalu mengedepankan soal perasaan di bandingkan lelaki dan itu yang menurut saya yang membuat wanita selalu tdk bisa di setarakan dengan laki-laki dalam hal yang mbak maksudkan
BalasHapusHay DarkSecret, Terima Kasih sudah membaca artikel saya, kalo berbicara tentang wanita mengedepankan perasaan daripada logika, saya sangat setuju tetapi menurut saya itu adalah tabiat wanita artinya wanita memang sudah di ciptakan seperti itu dan yang namanya tabiat (naluri) masih bisa dikendalikan. Kesetaraan gender yang saya maksudkan adalah persamaan hak dalam hal bersosial dalam masyarakat. wanita boleh saja menjadi pemimpin dalam suatu lembaga atau perusahaan, namun wanita tidak akan pernah bisa menjadi pemimpin dalam rumah tangganya.
BalasHapus