Berfilsafat dengan Takdir
SELAMAT
DATANG DI ARTIKEL YANG TIDAK MENARIK INI HEHEHE...
Jadi tadinya sempat bingun ingin membahas apa di
artikel selanjutnya, karena jujur kepala saya seperti benang kusut yang
berantakan dan kadang agak random juga, makanya bingun mau membahas apa, tadinya
saya tertarik untuk membahas hal yang ilmiah but saya fikir hal itu membosankan
dan terkesan saya menggurui padahal saya pun masih sangat butuh banyak belajar.
Jadi saya akan menulis artikel diskusi sederhana saja.
seorang teman tiba tiba bertanya kepada saya "apa
kamu pernah merasa keluar dari takdir dan kembali lagi pada takdirmu,
seperti seorang artis yang di tegus sutradara ketika salah memainkan
perannya?"
pertanyaan yang menarik dan membuat saya berfikir
lebih dalam tentang takdir.
kelapa saya
terasa butuh mencerna pertanyaan ini lebih dalam kemudiaan banyak peryataan
yang muncul, seolah olah ram yang sedang berproses.
Jawaban saya hanya, "menurut saya manusia tidak
pernah keluar dari takdirnya, manusia akan slalu berjalan dari satu takdir ke
takdir lain artinya takdir itu bertahap (seperti quotess oppa di drakor yang
saya nonton wkwkw). demikian jawaban saya, namun jawaban saya sendiri ternyata
memunculkan pertanyaan baru, yaitu "lalu apakah semua keburukan yang
menimpa manusia merupakan takdirnya"?
dalam hati
saya menjawab "itu pilihan manusia" lalu saya kembali bertanya tanya
jika begitu berarti manusia bisa memilih takdirnya?
Nah dari sini saya lalu berfikir terlepas dari logika
liar saya, saya berfikir bahwa manusia memiliki akal yang artinya manusia dapat
memilih hal yang menjadi pilihan lalu saya kembali berfikir bahwa pilihan
itulah yang menjadi takdir manusia. Contoh saya menginginkan cita cita A namun
saya tidak berhasil dan terus gagal pada cita cita A saya itu, kemudian saya
kembali mencoba cita cita B dan ternyata jalannya begitu mudah tanpa kendala
sama sekali, lalu apakah saya mempercayai bahwa ini takdir ?
Saya percaya bahwa itu takdir saya, karena manusia
memiliki batasan dalam hidupnya karena mereka tidak pernah betul betul dapat
mendapatkan semua yang diinginkan, bukan karena mereka gagal tapi itulah takdir,
menurut saya juga manusia tidak serta merta langsung diberikan takdirnya tapi
mereka harus menganalisis semuanya karena mereka di berikan akal. Manusia juga
tidak boleh pasrah terhadap apa yang diberikan karena itu berarti manusia kelak
akan menggugat Tuhan atas takdir yang diberikan, namun saya sudah menduga bahwa
Tuhan pun pasti menggugat manusia bahwa “kamu sudah saya berikan akal dan
kebebasan dalam berfikir” artinya kita juga bebas bisa memilih ingin hidup seperti
apa dan menurut saya disinilah mengapa Tuhan menurunkan Agama, Agama sebenarnya
untuk manusia juga.
Jadi kesimpulan saya, TAKDIR ADALAH CAMPUR TANGAN
MANUSIA DENGAN TUHAN.
Komentar
Posting Komentar