Retorika Politik Perancis Menggunakan Karikatur Nabi Muhammad
Retorika
dapat di kategorikan sebagai bentuk keahlian yang dibutuhkan dalam menyampaikan
ide dan dapat digunakan dalam melakukan permainan bahasa, retorika dalam
berbahasa dapat menimbulkan argumen yang dapat berpengaruh dan mempengaruhi
orang banyak karena berisi bahasa yang sifatnya persuasif dimana orang yang
menyampaikan suatu ide yang dibungkus retorika adalah orang yang memiliki
karekter yang kuat dalam suatu masyarakat sehingga dapat disimpulkan bahwa
mereka yang mampu beretorika adalah mereka yang memiliki intelejen yang tinggi
dan telah diakui oleh masyarakat umum.
Retorika
biasanya paling banyak bisa kita temukan dalam dunia politik, para politikus
memerlukan retorika sebagai alat mereka dapat mengontrol masyarakat luas dalam
menjalankan kebijakan yang mereka buat, selain politik, media juga merupakan
salah satu bidang yang banyak menggunakan retorika, seperti yang kita kenal
pada iklan yang banyak memberikan persuasif kepada masyarakat, contohnya pada
iklan pemutih yang menggunakan karakter wanita yang putih merupakan salah satu
konsep yang paling kuat ditampilkan dalam media yang menawarkan iklan pemutih, dengan
menambahkan dialog sehingga hal tersebut menimbulkan stereotip bahwa cantik itu
putih.
Setelah
sudah cukup dalam membahas retorika, sekarang kita masuk pada kasus yang sedang
hangat atau baru – baru ini terjadi, yaitu karikatur Nabi Muhammad di Negara
Prancis yang di anggap melecehkan umat muslim, sebenarnya apa yang dapat kita
analisis dari kasus tersebut ? dalam media pemberitaan yang banyak tersebar dalam
internet inti dari kasus tersebut adalah seorang pengajar yang dengan sengaja
memperlihatkan kepada yang diajar karikatur Nabi Muhammad yang sedang
telanjang.
Sebelum
melangkah lebih jauh menganalisis kasus tersebut lebih dalam, terlebih dahulu
saya akan sedikit menjelaskan tentang pengertian karikatur tersebut, karikatur
secara umum adalah gambar yang dibuat yang melebih – lebihkan gambar yang
dibuat dengan tujuan untuk memberikan kritik dalam bentuk humor. Setelah
mengetahui pengertian karikatur secara umum kita kembali pada kasus karikatur
Nabi Muhammad yang ada di Negara Prancis, Negara Prancis memang dikenal sebagai
Negara pertama yang menggambar karikatur dengan benar, maka tidak heran jika
Prancis memperlihatkan kritiknya terhadap islam menggunakan karikatur.
Dalam banyak
pemberitaan diketahuai bahwa Emmanuel Marcon yang sebagai presiden negara
Prancis Dilansir dari AFP, Kamis (29/10/2020), Macron bersumpah
bahwa "Prancis tidak akan menyerah pada nilai-nilai kami". Hal itu
disampaikannya usai penyerangan yang dilakukan seorang pria di gereja
Notre-Dame di pusat Kota Nice dan menewaskan tiga orang. Serangan itu disebut
Macron sebagai "serangan teroris Islam". Hal tersebut jika saya
analisis diakui awal mula atau latar belakang karikatur Nabi Muhammad dibuat di
Negara tersebut.
Karena kasus
yang baru – baru mengguncang dunia islam dan prancis ini telah banyak
menimbulkan banyak pertanyaan tentang prancis dan islam, termasuk saya sendiri
sebagai mahasiswa filsafat yang ikut tertarik dengan isu agama islam dan
prancis ini. Apakah motif tersebut hanya sekedar motif permusuhan agama karena
di anggap teroris ? atau ada motif lain yang menjadi latar belakarangnnya ?
jika kita melihat kebelakang mengenai sejarah timur dan barat maka akan kita
temukan adanya sekulerisasi antara timur dan barat.
Dunia Timur
yang dulunya dikenal sebagai masa kejayaan pada abad pertengahan sementara didunia
Barat mengalami masa kegelapan dan kemerosotan akibat pengaruh gereja yang
berkuasa dan menolak serta menganggap bi’ah ilmu pengetahuan yang tidak sejalan
dengan alkitab sehingga terjadi pengurungan intelejen, dimana gereja saat itu
lebih berpengaruh besar dibandingkan dengan politik ataupun ilmu pengetahuan.
Sehingga baru pada abad ke 16 Martin Lutter melakukan reformasi agama yang
melahirkan aliran baru pada agama Kristen yang sekarang di sebut sebagai
Kristen Protestan.
Sedangkan, di
Timur sendiri saat itu sedang mengalami masa keemasan dimana ilmu pengetahuan
sedang berkembang begitu pesatnya dan melahirkan banyak ilmuan – ilmuan yang
terkemuka dan memiliki pengaruh yang cukup besar karena trobosannya dan membuat
buku dan yang paling terkenal ialah perpustakaan terbesar waktu itu yang
disebut baitul hikmah yang ada pada negara Spanyol tepatnya di Cordova. Karena
timur begitu jayanya pada masa itu sehingga hal tersebut membuat orang – orang
barat tertarik untuk belajar ke Cordova salah satunya adalah Negara Prancis.
Akibat dari kegigihan yang dilakukan oleh Barat
akhirnya mereka dapat bangkit dari masa kegelapan yang dikenal dengan masa
Renaisans yang kemudian banyak melahirkan ilmu pengetahun. Yang juga di ikuti
dengan Revolusi Prancis dengan ditemukannya mesin Uap pada abad ke 17.namun
dibalik drama panjang yang telah terjadi kita bisa melihat ada perbedaan yang
begitu mencolok dari Timur dan Barat. Jika, timur bangkit karena mereka
memadukan antara Agama dan Ilmu Pengetahuan, barat Justru dapat maju karena
mereka mengsekulerkan antara Agama dan Ilmu pengetahuan untuk dapat maju.
Setelah sudah
melihat sejarah panjang tersebut, kita dapat menduga bahwa mengapa barat dan
timur selalu menjadi dua blok yang selalu terpisah karena memang banyak
perbedaan yang mencolok dari keduanya. Dari adanya pemisahan antara kedua blok
tersebut maka, lahirlah Orientalis yang
merupakan satu disiplin ilmu yang meneliti Timur, Orientalis pertama terdapat
pada negera Prancis yang setiap tahun mengkaji Timur termasuk Islam yang
menjadi negara dominan orang timur dalam kongres yang mereka lakukan.
Dari hal
diatas kita bisa menduga bahwa dasar pertama Negara Prancis membuat karikatur
Nabi Muhammad adalah karena mendarah dagingnya kecenderungan Barat terhadap
Timur yaitu Islam. Selain itu faktor yang dapat kita lihat juga adalah bahwa
adanya retorika bahasa yang dilakukan untuk kepentingan politik prancis kepada
dunia. Isu agama adalah hal yang paling mungkin dijadikan bahan dalam politik,
selain itu agama merupakan hal yang sangat sensitiv untuk di bicarakan umatanya
agama yang memiliki pemeluk paling besar di dunia.
Seperti halnya
Agama, ketika negara tersebut memiliki impact besar kepada dunia karena produk
mereka banyak digunakan oleh negara lain dan memberikan jawaban untuk kebutuhan
umat manusia, maka Negara tersebut akan dianggap negara yang superior, contoh
lain juga misalkan dalam suatu ruang kelas ada seorang anak yang sangat pandai
dalam matematika, bahasa, ipa, dll. Maka, anak tersebut akan menjadi anak yang
dianggap paling pintar dikelasnya dan dianggap sebagai anak yang akan memiliki
masa depan yang cerah alias sukses streotip seperti ini sudah dibangun dalam
masyarakat karena ketika seseorang
melihat hal yang mencolok maka orang – orang secara otomatis menjadikan hal
tersebut menjadi standar.
Dari perumpamaan
diatas dapat kita temukan benang merahnya jika seandainya agama dengan pemeluk
agama terbesar didunia, maka, yang terjadi membangun rasa ketakutan dan
persaingan akan dikuasa oleh agama dengan pemeluk terbanyak tersebut. Sekarang
kembali pada akar permasalahan, mengapa islam ? karena islam merupakan agama
dengan pemeluk terbesar didunia. Dalam pertanyaan yang dilakukan oleh presiden
Prancis Emmanuel Marcon bahwa serangan
itu disebut Macron sebagai "serangan teroris Islam". Dapat
menimbulkan multitafsir, padahal bisa saja sang penyerang mengakui agama islam
sebagai agama mereka atau asumsi lainnya Prancis terlalu cepat memutuskan bahwa
penyerangan tersebut dilakukan oleh orang islam, atau dapat juga karena adanya
kesengajaan dalam memunculkan isu agama dalam politik karena adanya rasa
terancam.
Selain itu, dalam
kasus seperti ini ketika kita melihat dari framework Sara Mill yang menggunakan
subjek – objek dalam melihat media, maka kita dapat melihat bahwa Negara
Prancis menggunakan Islam sebagai objek yang mereka fokuskan dan Prancis
menjadi subjek yang menceritakan tentang Islam, bagaimanapun kita tidak boleh
mudah terpancing dengan hal seperti ini karena mungkin saja hal ini akan
menimbulkan polemik, meski begitu Prancis dan Islam telah menjadi sejarah baru
untuk masa depan sehingga ketika hal yang serupa terjadi maka tentu saja hal
ini akan dengan mudah muncul kepermukaan dan bisa saja para akademisi
menjadikannya bahan penelitian dimasa mendatang.
Jika, biasanya
wanita dijadikan objek pamungkas dari suatu media, sehingga menimbulkan
streotip bahwa wanita adalah makhluk yang lemah dan tidak berdaya, sehingga hal
tersebut telah mendarah daging dalam masyarakat, sehingga menimbulkan satu
aliran yang dapat dibilang menolak keras anggapan tersebut yaitu feminisme,
yang dimana pada akhirnya sebenarnya, jika seandainya hal yang sama dilakukan
pada agama melalui media dengan menggunakan retorika, hal tersebut akan menjadi
sangat berbahaya untuk kedepannya, agama yang dijadikan objek dan memberikan
label negatif maka, jika tidak dikritisi akan membuat banyak orang salah kaprah
terhadap suatu agama tersebut dan memilih untuk tidak beragama.
Maka,
sebaiknya agama itu tidak dijadikan objek dalam suatu media ataupun dijadikan
bahan atau alat politik dengan menggunakan retorika bahasa, karena pada
dasarnya agama merupakan suatu kenyakinan yang sifatnya dirasakan melalui hati
manusia dan merupakan privasi setiap orang, bukan pula menjadikan agama menjadi
hal yang sakral dan melakukan penyempitan pada agama tersebut karena pada
dasarnya setiap agama mengajarkan kebaikan hal untuk mencari agama yang dirasa
paling tepat adalah hal yang dapat dikembalikan kepada masing – masing individu.
Apapun itu,
yang perlu kita perlu ingat bahwa nilai adalah nilai toleransi yang perlu di
junjung tinggi, apalagi hal tersebut telah masuk kedalam dunia internasional
bukan lagi pada rana satu negera saja. Kita juga sebagai orang yang konsuntif
terhadap suatu media perlu untuk bersifat kritis dan memiliki filter agar tidak
mudah terpancing emosi terhadap hal yang bisa saja mengandung permainan bahasa,
karena memang pada dasarnya, bahasa adalah kultur yang manusia miliki, jika
tidak ada manusia maka bahasa tentu tidak akan dapat tercipta.
Bahasa juga
dapat menjadi alat politik atau kekuasaan yang digunakan oleh seorang penguasa
dalam mempengaruhi fikiran kita, itu sebabnya ideologi dapat sangat
mempengaruhi fikiran kita jika kita sendiri tidak memiliki suatu akal yang
tajam dalam mengolah suatu isu yang mungkin memiliki tujuan agar kita menjadi
terpecah bela. Karena manusia merupakan pencipta bahasa maka manusia pulalah
yang menjadi filter dari permainn bahasa, dalam mengolah suatu isu yang
mengandung retorika kita perlu untuk besikap objektif dan bukan menilai dengan
subjektif, memaksimal kemampuan manusia yaitu akal adalah ciri bahwa kita telah
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan tanpa melihat ras, suku, agama, etnis,
dengan begitu walaupun berbeda kita dapat saling menghargai dan menerima setiap
perbedaan yang ada.
Komentar
Posting Komentar