Analisis 5 Respon Hubungan Agama dan Kebudayaan Sebagaimana yang Disebutkan Oleh Richard Niebuhr

 

Analisis 5 Respon Hubungan Agama dan Kebudayaan

Sebagaimana yang Disebutkan Oleh Richard Niebuhr

(Sumber Gambar : Harvard Square Library)

Hello everyone, Menurut Richard Niebuhr ada lima respon hubungan Agama dan Kebudayaan, jadi saya akan mencoba menganalisis 5 respon tersebut, namun, sebelum membahas lebih jauh ada baiknya kita sama – sama mendefinikan apa itu Agama dan Kebudayaan.

Agama adalah suatu kepercayaan yang dianut oleh manusia yang berisi mengenai tuntunan dan pedoman hidup bagi penganutnya, Agama secara umum di bagi atas 2 jenis, Pertama Agama monoteisme, yaitu Agama yang hanya mempercai hanya ada satu Tuhan contohnya, seperti Agama Islam, Kristen, Yahudi, dan ke dua Agama Politeisme, yaitu Agama yang mempercai bahwa Tuhan terbagi dari berbagai bentuk (banyak dewa), contohnya seperti Agama Hindu, Budha. Berikut Analisis 5 Respon hubungan Agama dan Kebudayaan :

1.      Agama Menolak Kebudayaan

Pada respon pertama, kita menemukan bahwa Agama menolak kebudayaan, hal ini bisa terjadi atas 2 kemungkinan pertama karena sifat Agama atau penganut Agama tersebut yang sangat fanatik atau fundamental terhadap ajaran Agama yang dianut, sehingga terkesan kaku dan tidak menerima masukan dari luar, termasuk kebudayaan yang ada. Kemungkinan kedua, kebudayaan yang ada memang yang bersifat musrik atau saya anggap dapat merusak Aqidah penganut Agama yang bersangkutan.

2.      Agama Menyatu dengan Kebudayaan

Pada respon selanjutnya, Agama dan Ksebudayaan saling bersinergi karena tidak terdapat miss atau bahwan Agama dan Kebudayaan tersebut memang bersifat saling dukung satu sama lain, seperti bedug yang merupakan alat yang digunakan saat akan azan, pukulan bedug merupakan tanda memasuki waktu sholat pada agama islam, begud sendiri bukan bagian dari produk Agama namun merupakan produk Kebudayaan yang berasal dari India dan Cina merupakan salah satu alat musik tradisional, yang sampai sekarang masih banyak terdapat pada masjid – masjid.

3.      Agama Mengatasi Kebudayaan

Mengatasi artinya memberikan solusi terhadap suatu kebudayaan, hal ini dapat terjadi jika memang jika eksistensi kebudayaan tersebut telah tergantikan dengan zaman modern, atau kemungkinan kedua kebudayaan tersebut memang di paksa untuk tidak diberlakukan lagi, contoh, dari pengalaman saya sendiri setelah meneliti di Kabupaten Malino, Tombolo Pao, yaitu trasi upacara yang dilakukan di Rumah Caile hal ini dapat dibuktikan dari berbagai peninggalan pusaka yaitu berupa bendera dan kris. Tradisi sudah tidak diberlakukan lagi karena dianggap bertentangan dengan Agama Islam.

4.      Agama dan Kebudayaan bertolak Belakang

Pada point ini hal tersebut bisa terjadi jika kebudayaan yang merupakan produk manusia tidak sesuai atau tidak relevan dengan ajaran Agama yang dianut oleh seseorang, namun alisis saya sendiri, terjadi ketertolak dapat pula di picu karena Agama yang ada tidak bersifat flaksibel atau tidak bisa memahami maksud dari kebudayaan tersebut, pada point ini hampir sama dengan point pertama

5.      Agama Mentransformasi Kebudayaan

Sesuai dengan kata mentransformasi dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) mentranformsi artinya mengubah, jadi Kebudayaan yang ada bisa diubah untuk dapat menyesuaikan dengan ajaran Agama yang ada, contohnya fenomena yang paling sering terjadi yaitu baju Kebaya yang merupakan produk Kebudayaan Jawa, yang di transformasi oleh Agama yang dulunya kebaya hanya bisa digunakan tanpa menutup aurat sekarang ditransformasi dalam Agama islam karena bisa digunakan sambil menggunakan hijab dengan model kebaya yang di motifasi sedimikian rupa.

Setelah melihat 5 penjabaran sederhana mengenai respon hubungan Agama dan Kebudayaan sebagaimana yang disebutkan Richart Niebuhr, kita telah melihat bahwa respon yang ditimbulkan antara Agama dan Kebudayaan bermacam – macam, hal ini dapat dipicu karena setiap Agama memiliki konsep yang berbeda dalam melakukan ajarannya, walaupun begitu Agama dan Kebudayaan sudah harusnya saling bersinerji dan dapat berjalan berdampingan, karena dengan begitu eksistensi dari Kebudayaan yang ada sejak dulu sebelum Agama datang akan tetap terjaga, dan juga Agama yang merupakan suatu ajaran yang suci dapat tetap eksis karena dapat memberikan penafsiran yang beragaman.

Pada kesimpulannya, untuk mencapai Indonesia yang Pancasila, kita harus dapat menerima dan tetap toleran terhadap berbagai macam perbedaan,  dengan begitu, ini akan sesuai dengan semboyang kita yaitu Bhineka Tunggal Ika “Berbeda – Beda Namun Tetap Satu” karena pada dasaranya kita memang negara yang Multikultural, jangan sampai menjadi terpecah belah karena kita dengan orang lain tidak memiliki budaya atau budaya yang sama.Terakhir dari saya “Orang Bijak adalah mereka yang dapat meneri perbedaan”.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku Sejarah Dunia yang di Sembunyikan karya Jonathan Black