Stigma Sosial Terhadap Perempuan
Stigma Sosial Terhadap Perempuan
(Sumber Gambar : Whiteboard Journal)
Lahir
sebagai seorang perempuan di Indonesia bukan hal mudah, bagaimana tidak ?
stigma sosial yang ada di Indonesia terhadap perempuan selalu bersifat negativ,
contoh yang ada di sekitar kita, ketika sang perempuan pulang malam, pasti ada
saja tetangga yang berpandangan buruk, belum lagi jika sang perempuan mempunyai
banyak teman lelaki, dan yang paling menonjol saat perempuan ingin berkarir,
perempuan yang ingin berkarir dianggap terlalu ambisius dan dianggap terlalu
ingin dominan di banding laki - laki.
Sebelum
membahas lebih jauh mengapa wanita cenderung memiliki stigma sosial yang
negativ kita lihat terlebih dahulu beberapa kasus yang beberapa ini terjadi dan
sempat menjadi perbincangan hangat. Mulai dari salah satu penyanyi terkenal
dengan lagu religius yang menjalin hubungan asmara selama 2 tahun bersama rekan
kerjanya yang sudah beristri, kebanyakan dari masyarakat hanya menyalahkan sih perempuannya,
dan kasus kedua yang merupakan seorang mahasiswi salah satu universitas ternama
di Makassar membunuh teman kencangnya karena sih cowoknya ini tidak ingin
bertanggung jawab, banyak juga dari masyarakat yang menyalahkan salah perempuannya.
Jadi
mengapa hal tersebut dapat terjadi ? mengapa stigma sosial terhadap perempuan
cenderung buruk atau negetiv ?
1. Warisan Masa Lalu
Pada
masa lalu, perempuan cenderung di sepelakan dan di anggap makhluk nomor 2 dan
laki – laki menjadi nomor 1, hal tersebut ini juga sangat tergambar dalam
sejarah sebelum datang agama islam yang di sebut zaman Jahilyah, saat itu
setiap anak perempuan yang lahir akan di butuh karena dianggap sebagai aib,
kemudian di Indonesia sendiri sebelum merdeka bahkan sampai telah masuk kemerdekaan,
Pahlawan perempuan kita yaitu Kartini, masih mati – matian dalam menuntut
kesetaraan gender dalam hal pendidikan, karena wanita dianggap hanya akan
mengurus keluarga dan tidak usah berpendidikan tinggi yang menurut gw sendiri
cara berfikir seperti ini sangat kuno dan ketinggalan zaman karena nyatanya sekarang
sudah banyak perempuan yang bisa menjadi pemimpin, ini menandakan bahwa perempuan
itu bukan mahluk nomor dua.
2. Wanita Cenderung Menjadi Objek Seksual
Hal
ini bukan lagi hal yang tabu dalam masyarakat, perempuan seringkali hanya
menjadi objek seksual oleh para lelaki, hal ini jadi menimbulkan stigma sosial
dalam masyarakat, contohnya perempuan tidak boleh pulang terlalu malam karena
takut terjadi apa – apa, karena bisa saja sang perempuannya di lecehkan secara
seksual oleh lelaki, dan hal ini tidak bisa di hilangkan, namun masih bisa di
minimalisirkan agar sebagai perempuan kita tidak dipandang hanya sebagai objek
seksual.
3. Adanya Studi bahwa Perempuan Lebih Emosional di Banding Pria
Anggapan "prempuan lebih emosional di banding pria" dimulai karena adanya studi bahwa hipokampus pada wanita lebih besar dibanding
pria, hal ini yang menjadikan wanita dianggap lebih emosional daripada laki –
laki. Hipokampus merupakan bagian sentral dalam otak manusia yang berperan
penting, dalam proses mengingat, fungsi pembelajaran, peran emosi dan
keseimbangan, namun kemudian studi ini memiliki antitesis dari Rosalind
Franklin, yang membantah studi sebelumnya, dalam studinya dia menemukan bahwa
hampir tidak ada perbedaan hipokampus antara perempuan dan wanita, ini artinya
laki – laki pun sebenarnya dapat emosional namun mereka pandai dalam
menyembunyikan perasaan mereka, hal ini juga karena stigma sosial dalam
masyarakat yang menganggap bahwa laki – laki itu tidak boleh banyak bicara,
menangis dan sebagainya.
Dari
tiga point diatas, kita bisa melihat bahwa sebenarnya wanita dan laki – laki
itu sama saja, walaupun dalam point kedua memang benar bahwa wanita memang
cenderung menjadi objek seksual namun saya beranggapan bahwa seharusnya kita
sebagai seorang wanita harus cerdas dalam masyarakat, layaknya wanita begitu
dimuliakan dalam Agama Islam, kita harusnya dapat menjaga apa yang ada dalam
diri kita agar orang lain juga dapat menghargai kita, dengan begitu tidak akan
ada lagi pelecehan yang terjadi terhadap perempuan. Begitupun ketika kita telah
memutuskan untuk berkeluarga, karena beberapa kasus yang saya temui juga dalam
keluarga terjadi (KDRT) kekerasan dalam rumah tangga karena wanita cenderung
dianggap rendah dan laki – laki menjadi superpower sebagai kepala keluarga dan
tidak menghargai perempuan setelah bertahun – tahun menikah.
Walaupun,
jika saya lihat dalam islam sebenarnya perempuan begitu dimulaikan dan telah
setara namun saya tidak melihat hal yang berbeda dalam realiatas sosial
masyarakat. Kitapun tidak dapat pungkiri bahwa, terkadang dalam suatu kasus
pelecehan seksual walaupun perempuannya sudah menjaga diri, namun tetap
dilecehkan, ini sudah masuk dalam kejahatan, dan sebagai seorang perempuan yang
cerdas kita harus speak up, menyuarakan apa yang kita rasakan dan apa yang kita
mau. Dengan begitu kesetaraan juga bisa kita capai dalam kehidupan sosial dan
masyarakat. Mulailah dari diri sendiri terlebih dahulu, mulailah melihat bahwa
perempuan dan laki – laki itu tidak berbeda dan setara, karena kita tidak akan
pernah bisa memotivasi orang lain sebelum bisa memotivasi diri kita sendiri.
Thank u, sudah membaca
artikel ini, semoga bermanfaat dan memberikan kita sudut pandang baru.
Komentar
Posting Komentar